Dampak pembangunan hotel terhadap air tanah
warga RW 09 Jogoyudan Jogja
Menindaklanjuti
tulisan saya tentang Orang-Orang Pinggiran, yang saya poskan sejak Oktober 2012
yang lalu, kini muncul beberapa masalah baru mengenai dampak pembangunan hotel
terhadap air tanah di sekitar lokasi hotel.
Saya
ambil contoh adalah hotel Harper by Aston yang terletak di jalan Pangeran
Mangkubumi (Margo Utomo) Yogyakarta, setelah dibangun dan beroperasi pada tahun
2015, terjadilah kekeringan yang menimpa sumur-sumur warga Jogoyudan khususnya
yang berada di wilayah RW 09, kelurahan Gowongan, Jetis, Yogyakarta.
Sebelum
pembangunan hotel tersebut di atas, air sumur warga sangat jernih dan melimpah.
Tetapi kini setelah hotel beroperasi, terjadi rebutan air sumur pada saat jam
sibuk rumah tangga ( jam 05.00 – 08.00 WIB). Terjadi antrian yang sering
menimbulkan perselisihan antar warga. Sebagai jalan keluarnya, sebuah lembaga
swadaya masyarakat (LSM) bernama HABITAT for Humanity memperbaiki sumur warga
tersebut dengan cara memperdalam suntikan ke sumber air dan membuat tandon air
yang dapat distrerilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV) matahari langsung.
Lokasi
kampung Jogoyudan yang berada di tepi sungai code menjadikan sumur warga
masyarakat relatif lebih dangkal sekitar 5-6 meter sudah mengeluarkan air
jernih dan tanahnya hanya pasir dan sedikit cadas (menurut penelitian Geologi,
Jogoyudan dahulu adalah daerah aliran sungai. Hal ini dapat dibuktikan dengan
jenis batuan dan sedimen yang masih dapat dilihat di wilayah RW 10). Sedangkan
hotel mengambil air baku dengan sumur dalam yang memiliki kedalaman lebih dari
80 meter. Inilah salah satu bentuk ketidakadilan sosial bagi seluruh warga
Jogoyudan khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
Hal
yang seringkali menjadi bahan pertanyaan masyarakat adalah mengapa ijin
pemberian hotel di Yogyakarta sangat mudah. Kelak akan muncul hotel-hotel
berkelas internasional yang menimbulkan dampak baru terhadap masalah
ketersediaan air tanah.
Jika hal itu terjadi maka semboyan tanah airku
Indonesia mungkin tidak lagi seakrab jaman Bapak Ibu kita dulu ketika mereka
gigih berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia karena sekarang ini tanah
semakin sempit dan air semakin sulit.
No comments:
Post a Comment