Saturday, 11 March 2017

Dampak pembangunan hotel terhadap air tanah sekitar



Dampak pembangunan hotel terhadap air tanah warga RW 09 Jogoyudan Jogja

            Menindaklanjuti tulisan saya tentang Orang-Orang Pinggiran, yang saya poskan sejak Oktober 2012 yang lalu, kini muncul beberapa masalah baru mengenai dampak pembangunan hotel terhadap air tanah di sekitar lokasi hotel. 




            Saya ambil contoh adalah hotel Harper by Aston yang terletak di jalan Pangeran Mangkubumi (Margo Utomo) Yogyakarta, setelah dibangun dan beroperasi pada tahun 2015, terjadilah kekeringan yang menimpa sumur-sumur warga Jogoyudan khususnya yang berada di wilayah RW 09, kelurahan Gowongan, Jetis, Yogyakarta.
            Sebelum pembangunan hotel tersebut di atas, air sumur warga sangat jernih dan melimpah. Tetapi kini setelah hotel beroperasi, terjadi rebutan air sumur pada saat jam sibuk rumah tangga ( jam 05.00 – 08.00 WIB). Terjadi antrian yang sering menimbulkan perselisihan antar warga. Sebagai jalan keluarnya, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) bernama HABITAT for Humanity memperbaiki sumur warga tersebut dengan cara memperdalam suntikan ke sumber air dan membuat tandon air yang dapat distrerilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV) matahari langsung.
            Lokasi kampung Jogoyudan yang berada di tepi sungai code menjadikan sumur warga masyarakat relatif lebih dangkal sekitar 5-6 meter sudah mengeluarkan air jernih dan tanahnya hanya pasir dan sedikit cadas (menurut penelitian Geologi, Jogoyudan dahulu adalah daerah aliran sungai. Hal ini dapat dibuktikan dengan jenis batuan dan sedimen yang masih dapat dilihat di wilayah RW 10). Sedangkan hotel mengambil air baku dengan sumur dalam yang memiliki kedalaman lebih dari 80 meter. Inilah salah satu bentuk ketidakadilan sosial bagi seluruh warga Jogoyudan khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
            Hal yang seringkali menjadi bahan pertanyaan masyarakat adalah mengapa ijin pemberian hotel di Yogyakarta sangat mudah. Kelak akan muncul hotel-hotel berkelas internasional yang menimbulkan dampak baru terhadap masalah ketersediaan air tanah.
Jika hal itu terjadi maka semboyan tanah airku Indonesia mungkin tidak lagi seakrab jaman Bapak Ibu kita dulu ketika mereka gigih berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia karena sekarang ini tanah semakin sempit dan air semakin sulit.




No comments: