Jangan Meremehkan
Pekerjaan
Ketika
saya parkir motor di jalan Margo Utomo (Jl. Pangeran Mangkubumi) Yogyakarta,
seorang tukang parkir dengan ramah menyapa saya dan menyodorkan karcis parkir.
Setelah urusan selesai beberapa saat kemudian, saya menyempatkan diri untuk
bertanya kepada Bapak tukang parkir ini.
Namanya
Bapak Markiyo Marnomiharjo (65 tahun). Ia mengaku menjadi tukang parkir di
daerah jalan Margo Utomo tersebut sekitar 40 tahun yang lalu. Wow...luar biasa!
Kataku dalam hati. Beliau bercerita tentang suka dukanya menjadi tukang parkir
lebih dari separo umurnya. Ternyata dari cerita panjangnya tersebut, saya
mempunyai kesimpulan bahwa Pak Markiyo, demikian panggilan akrabnya, merasa
bahagia sekali menempuh pekerjaan yang digelutinya selama lebih dari 40 tahun
ini. Tidak disangka bahwa penghasilan parkir ini lebih kurang sekitart Rp.
100.000,- setiap hari, itupun jika hari tidak hujan dan dalam suasana biasa
alias tidak pada masa liburan. Saya jadi terheran-heran sendiri, mengapa banyak
orang yang mengejar pendidikan tinggi tidak dapat mencari pekerjaan yang
gajinya diatas Pak Markiyo ini?
Beliau
mengakui bahwa ia hanyalah tamatan SD dan anak-anaknya yang berjumlah 4 orang
itu menempuh pendidikan formal tertinggi SMA, dan mereka semua meniru jejak sang
ayah menjadi juru parkir (Jukir) yang menyebar di beberapa tempat di Jogja ini.
Penghasilan dari profesi ini, yang kadang-kadang diremehkan oleh kalangan
masyarakat pada umumnya, sangat menggiurkan. Apalagi bagi orang yang
berdomisili di kota Jogja. Di kota ini biaya hidup relatif murah, suasana
nyaman dan membuat perasaan jadi tenteram. Lain halnya jika kita pernah hidup
di kota besar semacam Jakarta, dapat Anda bayangkan sendiri.
Ketika
ditanya tentang gaya hidupnya, Pak
Markiyo ini sudah memiliki rumah tinggal sendiri di Jogoyudan, tidak jauh dari
tempanya bekerja. Beliau tidak pernah hidup berfoya-foya, selalu sederhana, dan
mengedepankan dialog kekeluargaan bila bersama anak-anaknya maupun masyarakat
sekitar. “ Pekerjaan adalah doa saya kepada Tuhan yang paling sederhana, Mas.”
Katanya.
Dari hasil parkir
itu, anak-anaknya sudah memiliki kendaraan sepeda motor keluaran terbaru dan
mereka membeli secara tunai atau cash.
Pak
Markiyo menjelaskan kepada saya bahwa hidup itu sudah diatur oleh Tuhan, dan kita
hanya berusaha untuk menjalaninya saja. Suka duka selalu ada dan itu yang
membuat mental manusia menjadi terasah dan kuat. Saat menghadapi musibah, Tuhan
selalu menolong dengan memberikan jalan keluar atau bahkan dengan mukjizat.
Beliau berpendapat bahwa kecerdasan manusia itu banyak dan cenderung lebih kuat
bila berada dalam situasi dan kondisi tertentu. Misal seorang petani akan
selalu niteni atau memperhatikan
dengan seksama ketika pertumbuhan tanaman yang ia rawat itu tumbuh wajar atau
justru terserang penyakit. Seorang nelayan atau pemancing pasti memiliki
kepekaan alami ketika melihat pergerakan arus dan warna atau suhu air, sehingga
mereka tahu di lokasi manakah ikan-ikan senang bergerombol. Nah, inilah yang
menjadi kunci sukses seseorang dalam mengarungi hidup.
Setelah
berbicara panjang lebar, saya jadi ingat sebuah buku atau tulisan akademik yang
berjudul Kecerdasan Ganda, yang dalam bahasa Inggris Multiple Intelligence karya Howard Gardner (1982). Kecerdasan ganda
tersebut terdiri atas:
1. Kecerdasan Matematis, kecerdasan yang relatif banyak dimiliki oleh para
ilmuwan bidang sains dan teknologi.
2. Kecerdasan Musikal, kecerdasan yang relatif banyak dimiliki oleh para musisi,
artis atau seniman bidang vokal atau akustik.
3.
Kecerdasan Visual Spasial, kecerdasan yang relatif dimiliki oleh para
perancang seni grafis, dekoratif, fashion, fotografer, arsitek dan teknik
sipil.
4. Kecerdasan Kinestetik, kecerdasan yang relatif dimiliki oleh para atlet,
pekerja struktur bangunan.
5. Kecerdasan Interpersonal, kecerdasan yang relatif dimiliki oleh para
negosiator, komunikator, motivator, psikolog, ahli hukum.
6. Kecerdasan Linguistik, kecerdasan yang relatif dimiliki oleh ahli bahasa atau
penterjemah, editor, wartawan, sastrawan, politikus, kritikus seni sastra,
pengarang buku, penulis lagu atau naskah film.
7.
Kecerdasan Intrapersonal (hampir mirip dengan interpersonal), yaitu kecerdasan
yang relatif dimiliki oleh motivator kejiwaan, psikolog, diplomat, advisor,
filsuf.
8. Kecerdasan Naturalis, kecerdasan yang relatif dimiliki oleh petani, nelayan,
perangkai bunga, dekorator seni taman.
9.
Kecerdasan Eksistensial, kecerdasan yang relatif dimiliki oleh para religius
seperti rohaniwan, filsuf.
Pembaca yang budiman, begitulah sedikit wawasan yang saya dapat dari
Pak Markiyo Marnomiharjo yang menekuni pekerjaannya sebagai anugrah indah dalam
hidupnya. Meskipun kadang masyarakat awam atau bahkan saya sendiri menganggap
remeh pekerjaan tersebut, namu dari sisi ekonomi jauh berada diatas rata-rata pandangan
orang tentang profesi juru parkir atau tukang parkir.
Mungkin kita sering menjumpai seseorang yang profesinya dianggap remeh
namun nilai ekonomisnya tinggi. Tidaklah mengherankan jika jaman sekarang banyak
sarjana lulusan perguruan tinggi ternama yang justru tertarik dengan bidang
pekerjaan ini.
No comments:
Post a Comment