Monday, 13 February 2017

MATA: Jendela Hati atau Jendela Ilmu Pengetahuan?



MATA: Jendela Hati atau Jendela Ilmu Pengetahuan?




Beberapa manusia yang memiliki indera penglihatan yang baik mungkin dapat mengatakan bahwa mata adalah jendela hati karena dengan penglihatan yang baik manusia dapat menikmati pemandangan alam yang indah-indah sehingga menyenangkan hati, atau ada yang mengatakan mata adalah jendela ilmu pengetahuan karena dengan memiliki indera penglihatan yang baik maka manusia dapat mencari ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dengan cara membaca, melihat televisi dan beberapa media visual lainnya. Kedua pendapat itu tidak ada yang salah tergantung dari sudut mana kita memandang persepsi tersebut.
Namun bagi orang yang amemiliki kelainan indera penglihatan tentu kedua hal diatas mungkin tidak berlaku. Lalu apa yang dapat kita lakukan bila kita sendiri memiliki indera penglihatan yang kurang baik? Pemeriksaan medik mata yang dilakukan oleh dokter spesialis mata berbeda-beda bagi setiap penderita/pasien. Hal itu tergantung dari usia, riwayat kesehatan diri dan keluarga, juga faktor-faktor lain yang ada kaitannya dengan kelainan atau penyakit mata. Ilmu kedokteran modern yang mempelajari tentang mata adalah Ophthalmologi.

Riwayat Medik:
Pada pemeriksaan awal, seseorang akan ditanyakan tentang riwayat medik dan keluarga Anda. Pemerikasaan ini mencakup tentang kesehatan umum, riwayat alergi obat atau makanan yang sering dikonsumsi dan riwayat pembedahan oada mata. Selama pemerikasaan tersebut seorang pasien dimintai keterangan secara lengkap dan jujur. Apabila pasien tidak mampu berkomunikasi dengan baik atau kooperatif maka dapat diwakilkan pihak keluarga atau kerabat yang mengetahui keadaan pasien.

Pemeriksaan Mata:
1.      Pemeriksaan Tajam Penglihatan:
Tajamnya penglihatan atau kemampuan seorang pasien untuk melihat secara detail harus dengan menggunakan penglihatan sentral, yaitu pasien diminta untuk membaca huruf-huruf pada chart projector yang hurufnya semakin mengecil, umumnya memakai jarak sekitar 5-6 meter. Pemeriksaan tajam penglihatan dapat dilakukan tanpa kacamata atau dengan kacamata yang dimiliki pasien. Tajam penglihatan kanan dan kiri mungkin saja berbeda. Kelemahan tajam penglihatan pada satu mata bisa saja tanpa disadari.
Karena mata yang kuat mendominasi persepsi penglihatan,kelainan mungkin baru terbukti setelah pasienmemeriksakan diri. Bila pasien sudah memakai kacamata,kekuatan ukuran kacamata dapat diukur juga. Ukuran kacamata yang biasa dipakai oleh pasien merupakan data penting bagi dokter spesialis mata,meskipun kacamata itu jarang dipakai. Kelainan refraksi  dinyatakan apabila bayangan tidak terfokus dengan baik pada retina.

Kelainan Refraksi mencakup:
  1. Miopia atau Rabun Jauh, yaitu kabur apabila melihat benda-benda yang letaknya jauh.
  2. Hipermetropia atau rabun apabila melihat benda yang letaknya jauh maupun dekat.
  3. Astigmatisme yaitu distorsi penglihatan akibat sinar yang datang tidak dibiaskan secara seimbang pada saluran meridian.
  4. Presbiopia atau mata tua yaitu sulit memfokuskan objek dekat karena kelemahan akomodasi.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan ukuran kacamata atau lensa kontak, antara lain dipakai alat yang disebut Foroptor  yaitu lensa uji terpasang kompak, dan tinggal putar saja untuk mengatur kekuatan lensanya. Lensa uji coba dapat pula dipasang pada sebuah bingkai uji coba untuk sebelumnya dilakukan pemeriksaan auto refraktometer  atau komputer refraksi untuk melihat besar nya kelainan refraksi secara objektif.


2.      Pemeriksaan Otot-Otot Mata:
Dengan pemeriksaan gerakan bola mata dapat diketahui ada tidaknya kelainan saraf otot penggerak mata, kelainan koordinasi atau mata juling. Gerakan mata normal tergantung dari fungsi dan kesehatan 12 buah otot bola mata, tiap-tiap mata memiliki 6 buah otot.
Di dalam mata terdapat pula otot yang amengatur gerakan orang-orangan mata atau pupil, otot ini dipariksa dengan melihat reaksi pupil terhadap rangsangan cahaya. Adanya reaksi pupil abnormal mungkin menunjukkan adanya kelainan syaraf mata.

3.      Pemerikasaan Tekanan Bola Mata Dengan Tonometer:
Pemeriksaan ini dikerjakan pada pasien dengan keluhan kecurigaan adanya gangguan tekanan bola mata pasien dengan menggunakan Tonometer Schiotz  bagi pasien yang berumur 40 tahun biasanya diperiksa tekanan bola matanya.

4.      Pemeriksaan Mata Luar:
Dokter spesialis mata melakukan observasi denga teliti mulai dari kelopak mata, kelenjar air mata, sistem pembuangan air mata, dan kesehatan disekitar mata.

5.      Pemeriksaan Mata Dengan Lensa Pembesar dan atau Biomikroskop:
Pada pemeriksaan biomikroskop ada seberkas cahaya diarahkan ke dalam mata dan dokter spesialis mata melihat dengan sebuah mikroskop khusus akan terlihat kornea, iris, lensa, korpus vitreum bagian depan secara rinci. Dengan mempergunakan alat ini adanya katarak sudah dapat dilihat sebelum mengganggu penglihatan.

6.      Pemeriksaan Oftalmoskopi :
Oftalmoskop adalah alat yang amemancarkan seberkas sinar ke dalam mata, memungkinkan seorang dokter spesialia mata memeriksa retina atau bagian belakang bola mata melalui pupil. Pemeriksaan Oftalmoskopi dan penafsiran hasil pemeriksaan ini merupakan bagian terpenting dari rangkaian pemeriksaan medik yang komprehensif. Dengan prosedur ini dapat dilihat gejala-gejala yang menunjukkan adanya retina lepas, glaukoma, tekanan darah tinggi, penyakit diabetes melitus (DM), tumor otak dan penyakit lainnya.

7.      Pemeriksaan Lapang Pandangan:
Dalam kondisi tertentu, dokter spesialis mata ingin memeriksa lapang pandangan (penglihatan perifier) pasien. Informasi yang didapatkan bermanfaat untuk menilai glaukoma dan tumor pada otak atau mata. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menentukan penyebab sakit kepala.

8.      Pemeriksaan Tambahan Lainnya:
Apabila dengan beberapa pemeriksaan di atas masih dianggap kurang untuk mendukung tegaknya diagnosis maka diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan lainnya seperti: Synoptophore Steroskopi Test, Retinometer, Prisma Goneolens, USG Mata, Biometri, Foto Fundus, Foto Fundus Fluorescein Angiografi ( Foto FFA), laboratorium.

9.      Penafsiran Hasil Pemeriksaan :
Data yang didapat dari berbagai pemeriksaan mata akan dinilai dan ditafsirkan oleh dokter spesialis mata. Bila ditemukan adanya penyakit yang perlu ditangani secara medik maupun bedah, dokter spesialis mata mungkin akan menganjurkan pasien menjalani pemeriksaan lebih lanjut, memberikan resep obat, pembedahan dengan laser atau konvensional. Bila ditemukan kelainan refraksi yang perlu dikoreksi, dokter spesialis mata akan memberikan resep untuk mendapatkan kacamata atau lensa kontak. Jika pemeriksaan masih kurang kemungkinan besar pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain, yang mempunyai peralatan yang lebih lengkap.


Sumber: RS Mata “DR Yap” dan berbagai sumber.


No comments: