CARA BIJAK MEMANFAATKAN UANG RECEH:
Uang
receh atau uang logam sudah biasa Anda temukan di rumah karena tidak lagi
digunakan untuk belanja. Selain kotor, uang receh ini enggan kita pakai untuk
belanja karena nilainya relatif kecil jika dibandingkan dengan uang kertas.
Namun
lambat laun dengan berlalunya waktu, semakin lama semakin banyak uang receh
yang kita timbun di rumah atau kadang hanya dibuang begitu saja karena kita
kurang menghargai nilai tukar uang tersebut dan mungkin saja kita tidak pernah
mengenal lebih jauh perjuangan orang-orang yang mengumpulkan uang senilai uang
receh itu demi mempertahankan hidupnya.
Mbok
Sutarmi (49 tahun) asal Banyumas rela menjadi kuli pembuat batu bata merah di
Godean, Sleman, Yogyakarta dengan bayaran untuk 1 bata merah Rp. 100,-. Dalam
sehari bekerja selama 8 jam, Mbok Tarmi, demikian ia akrab dipanggil, mampu
mengumpulkan uang 20.000 rupiah saja. Artinya Mbok Tarmi setiap hari harus
membuat batu bata merah 200 buah dengan cetakan kayu. Batu bata tersebut masih
basah dan belum dibakar. Ia bersemangat diusianya yang hampir senja karena
harus memenuhi kebutuhan anaknya yang kembar (susi dan susan) yang masih
menempuh pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama.
Pak
Samino (55 tahun) asal Bantul, Yogyakarta, menjadi pembuat batu bata di Dusun
Kasongan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta selama 20 tahun lebih. Ia memperoleh upah
Rp.75,- untuk 1 batu bata. Dalam sehari ia mampu menghasilkan sekitar 18.000
rupiah saja dan uang ini ia pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama
Ainnur (5 tahun) yang Insya Allah tahun
2017 ini masuk Taman Kanak-Kanak.
Agus
Irawan (17 tahun), seorang siswa SMKN 2 Yogyakarta, rela bekerja sebagai tenaga
cuci piring di Rumah Makan Padang Duta Minang selepas sekolah ( biasanya jam
17.00 – 19.00 WIB) untuk mendapatkan uang tambahan membeli peralatan sekolah. Penghasilan
yang ia dapatkan adalah Rp. 100,- per piring kotor yang dicuci. Selama 2 jam ia
bekerja, Agus memperoleh uang antara 20-25 ribu rupiah. Dia tidak malu bila
berjumpa dengan teman-temannya. Prinsipnya adalah bekerja halal demi kebutuhan
hidupnya sendiri karena orang tuanya tidak mampu menambah biaya pendidikannya.
Uang
receh yang kita punya, bila tidak digunakan lagi alangkah baiknya bila kita
kumpulkan dalam suatu wadah, makin lama makin banyak dan dapat kita sumbangkan
untuk keperluan saudara kita seperti yang Penulis ceritakan di atas. Semoga
rejeki yang dititipkan Tuhan dapat kita salurkan kepada orang-orang yang lebih
membutuhkan.
No comments:
Post a Comment